KM CARI HIDUP DAN JOI NA SEDI

Minggu lalu persisnya Sabtu tanggal 1 Oktober 2011, saya menghadiri doa arwah 40 hari meninggalnya Gaspar Soo dari Mauara. Saya sesungguhnya tidak mendapat undangan untuk acara yang dilakukan di rumah seorang puteranya di Pekapuran, Cimanggis. Tetapi kemudian saya dan isteri tetap datang. Ini acara ‘mata ree’ (kematian), jadi saya datang saja.

Ada doa bersama dengan  renungan  yang dibawakan oleh putera dari almarhum guru Yoseph Ndoa. Pemandunya saudara Yuvens Sera.  Acara sederhana itu berjalan dengan khusuk. Seperti biasa dimana ada dua tiga orang Flores berkumpul dan berdoa ada teks lagu. Tanpa latihan khusus semua dapat melantunkan lagu dengan baik bila ada notasi jelas.

Siapa Gaspar Soo? Bagi kami orang desa Witurombaua pribadi Gaspar Soo punya arti tersendiri. Dia adalah pemilik kapal motor “Cari Hidup’. Kapal kayu sederhana milik Gaspar Soo  diberi nama ‘CARI HIDUP’. Cari Hidup adalah terjemahan dari bahasa Keo ‘nggae tuka’ (cari pengisi perut) atau nggae ka (cari makan). Kapal motor ‘Cari Hidup’ sesungguhnya adalah buah dari usaha sebelumnya sebagai pedagang kopra. Kapal motor Cari Hidup  menyusuri pantai  Maumbawa, Mauponggo, Maunori, Maundai, Mauara, Mauromba, Nangaroro sampai Ende. Semua pelajar berasal dari Keo Tengah yang bersekolah di Ende pasti pernah menikmati pelayanan KM Cari Hidup.

Ketika berlibur di kampung saya dan isteri pernah sekali naik dari Romba menuju Nangaroro. Dalam perjalanan sesudah Ngadu Tangi, isteri saya ingin buang air kecil. Bagaimana bisa dilakukan di tempat yang begitu sempit dengan banyak penumpang? Mulanya saya meminta bersabar karena Nangaroro sudah kelihatan dari kejauhan. Tetapi karena benar-benar tidak bisa ditahan, Gaspar Soo memberi solusi. Gaspar berdiri memegang tikar menutup buritan kapal. Saya diberi tugas memegang kemudi. Saya dan isteri berada dibalik tikar. Dan isteri saya terbebas dari beban menahan pipis. Haluan kapal bergerak tak keruan, karena saya tidak biasa memegang kemudi.

Gaspar Soo mengingatkan  dua hal dengan bapa saya Arnoldus Ranggawea. Pertama mengenai hutang.  Ketika  semua kami berada di bangku sekolah bapa pernah menikmati kebaikan dengan meminjam uang Gaspar Soo. Saya selalu ingat orang tua kami hidup dengan banyak hutang untuk pendidikan kami.  Yang kedua saya mendapat cerita dari bapa, ketika kami semua sudah bekerja.  Waktu itu Bapa dan Margo ambil uang tabungan di BRI Ende. Bapa mengambil uang sisa tabungan. Setelah bapa menerima uang,  kasir bank mengatakan bahwa bapa dapat kiriman uang dalam jumlah yang cukup besar untuk ukuran bapa. Saya kirim Rp. 500.000 tanpa informasi. Ketika di KM Cari Hidup Gaspar bertanya apakah bapa ambil uang. Bapa katakan:”Tidak ada uang, ya ada sedikit”. Gaspar mengatakan “kau sodho joi mona, om ke joi na sedi pu” (om katakan tak punya uang, tetapi uangmu terselip dimana-mana). Bapa  ingat, ya tadi pegawai bank mengatakan ada sejumlah uang baru dikirim.  Ada rasa gembira dalam hati.

Suatu saat bapa ke Jakarta. Dia berjalan bersama adik saya Hubert. Hubert sedikit pamer sama bapa, dia mengajak bapa  ke ATM. Hubert menanyakan berapa uang yang diperlukan bapa.  Ketika uang keluar sesuai dengan permintaannya, bapa ingat akan perkataan Gaspar ‘joi na sedi’. Bapa mengatakan:” Gaspar sodho nde tuu mbee, mona sada,  joi ngao na sedi nde bhide te.”

Tentang Ata Lomba

Nagekeo kabupatenku. Keo Tengah Kecamatanku. Maunori tempat ari-ariku. Mauromba tempatku belajar merenangi laut Sawu dan melewati Sekolah Dasar. Mataloko dan Ledalero almamaterku. Jakarta tempat ku berlabuh.
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar