Berbelasungkawa Sambil Main Kartu

Rasa kangen berkumpul dalam keluarga mungkin berbeda antara orang Jawa dan orang Flores.  Orang Flores tidak merasa wajib berkunjung pada saat hari raya. Tetapi orang Flores, khususnya orang Nagekeo akan segera datang berkumpul pada saat kesusahan.  Selain persta-pesta adat, orang Nagekeo merasa wajib berkunjung bila ada sakit keras dan teristimewa pada saat kematian.

Pada saat orang meninggal akan dibunyikan meriam bambu. Bambu sepanjang dua ruas, pembatas ruang di bersihkan dan pada ujung ruas terbawah diberi lubang. Pada lubang bambu diisi minyak tanah kemudian di nyalakan untuk menghasilkan bunyi. Inilah bunyi yang memberi tanda bahwa ada kematian. Orang  segera tahu ada orang yang meninggal dunia. Dan dengan segera orang berkumpul dan melayat  di rumah duka.

Para pelayat menggunakan kesempatan ini sebagai ajang silaturahim. Dan sambil menunggu saat  pemakaman orang mencari cara mengisi kekosongan waktu. pada masa lalu orang muda akan mengeliling jenazah pada malam hari sambil melakukan permainan “roko nggulu” (sembunyikan cincin). Cincin dipegang oleh seorang dan dia berusaha membagikan kepada teman-temannya dan kelompok lain berusaha menebaknya.  Roko nggulu saat ini tidak lagi populer, karena terkadang diisi dengan doa arwah. Yang masih dilakukan saat ini khusus lelaki adalah bermain kartu dengan sanksi menggantungkan sesuatu di telinga.UMUM 161

UMUM 162UMUM 140UMUM 143

Tentang Ata Lomba

Nagekeo kabupatenku. Keo Tengah Kecamatanku. Maunori tempat ari-ariku. Mauromba tempatku belajar merenangi laut Sawu dan melewati Sekolah Dasar. Mataloko dan Ledalero almamaterku. Jakarta tempat ku berlabuh.
Pos ini dipublikasikan di ADAT & BUDAYA. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar